Kabar yang
beredar mengenai kekerasan seksual terhadap anak membuat orang tua khawatir
akan perkembangan psikologis dan keamanan pribadi anak. Kasus kekerasan seksual
yang terjadi di Indonesia terus terjadi. Sasaran yang dituju bukan hanya remaja
tetapi sudah mewabah ke anak anak. Salah satunya menurut berita yang ditulis
oleh Achmad Sudarno pada lipitan6.com dipaparkan bahwa bocah berumur 13 tahun
dicabuli tiga pemuda di sebuah kamar kos. Peredaran berita tersebut membuat
para orang tua semakin khawatir akan perkembangan anaknya.
Kementrian
sosial menyampaikan terdapat 60-70% kasus kekerasan seksual anak ditangani
lapas anak dan panti anak (Fauziah et al, 2016). hal ini menunjukan bahwa anak
anak sering menjadi pelaku dan korban dalam kekerasan seks. Pengetahuan anak
anak mengenai perlindungan diri sangat minim dan kurangnya hak-hak yang perlu
di berikan supaya anak tidak terjerumus menjadi pelaku maupun korban
kekerasan anak. Oleh sebab itu, penyampaian pendidikan materi seks secara benar
dan jelas kepada anak menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak.
Kekerasan seks harus diminimalisir agar kedepan nya tidak terjadi kekerasan
seks pada anak. Urgensi ini berawal karena anak adalah penerus generasi di masa
depan yang menentukan nasib dari negara Indonesia ini. Usaha penyampaian
pendidikan seks ini perlu dilakukan mengingat masih banyak nya orang tua yang
menganggap hal ini sebagai hal yang tabu. Paradigma negatif tersebut membuat
orang tua enggan menyampaikan pendidikan seks, problematikanya dan cara
menghindarinya. Sedangkan masa anak-anak merupakan masa dimana seseorang anak
melakukan proses pembentukan diri secara permanen untuk kedepannya. Proses
penanaman pembentukan diri ini bisa dilakukan oleh orang terdekat, seperti
keluarga dan lingkungan.
Kurangnya
pengawasan orang tua membuat anak-anak terekspos bahaya dunia maya, apalagi
mereka kian pintar berkelit (Magdalena, 2010). Hal ini menunjukan peran orang
tua dalam penanaman pendidikan seksual pada anak sangatlah besar dalam
membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya, termasuk mengarahkan rasa
ingin tahu seorang anak pada setiap batasan-batasan yang wajar dilakukan dan
diterima oleh anak, dalam batasan yang baik maupun dalan batasan yang buruk.
Sehingga dapat mengurangi terjadinya pergaulan bebas. Banyak faktor penyebab
kurangnya pengetahuan anak terhadap materi seksual selain penyampaian dari
orang tua yang kurang, yaitu faktor dari lingkungan, seperti teman dan dunia
maya. Bagi seorang anak, teman adalah merupakan pengasuh paling dominan diluar
keluarga. Terkadang seorang anak melawan orang tua ketika dinasehati, namun
bisa langsung berubah tanpa perlawanan jika dibisiki oleh teman. Apalagi
seorang anak ketika diluar rumah, yang utama teman lah yang menemani mereka.
Teman yang buruk akan dapat menjerumuskan anak ke dalam hal buruk pula, apalagi
seorang anak sangat mudah terpengaruh, termasuk terpengaruh hal-hal buruk
tentang seksualitas. Dalam era sekarang, dunia maya seakan tidak bisa lepas
dari kehidupan manusia, tidak terkecuali anak anak. Saat ini anak dapat
mengakses internet dengan sangat mudah, mereka bisa mencari apa saja yang
mereka inginkan di internet, termasuk mengakses suatu hal buruk mengenai
seksual.
Pendidikan
seks (sex education) merupakan usaha pengajaran terhadap anak mengenai
problematika seksual. Tujuannya untuk menanamkan pembentukan diri pada anak
serta mendidik generasi yang paham akan perkara seks beserta problematikanya
dan agar anak mampu membedakan antara hal yang buruk dan baik yang harus
dilakukan dan yang harus dihindari. Upaya untuk memberikan materi pendidikan
lebih baik dilakukan oleh orang tua karena, orang tua adalah orang yang paling
dekat dengan anak sehingga penerimaan oleh anak bisa diterima dengan maksimal.
Tetapi dalam posisi orang tua seperti itu tidak bisa dibilang sepenuhnya salah
atau benar karena, dalam proses mendidik dan penanaman pembentukan diri anak
juga dibutuhkan dukungan anggota keluarga yang lain dan lingkungan anak itu
sendiri. Terlebih lagi jika kedua orang tua anak sama-sama sibuk bekerja diluar
rumah akibat tuntutan kebutuhan. Orang tua tidak dapat selalu mengawasi anak 24
jam penuh, seperti waktu dimana ibu tidak bekerja, melainkan dirumah saja. Pada
kondisi ibu tidak bekerjapun, ia tidak dapat mengawasi 24 jam penuh, sebab ada
waktu dimana anak jauh dari rumah, yaitu ketika seorang anak bersekolah,
bermain dan sebagainya.
Metode quality
time sangat bagus dan pas untuk diterapkan sebab metode ini menekankan pada
pemberian waktu kepada anak untuk memahami pendidikan seksual secara santai.
orang tua sangat dianjurkan sebagai penyampai pendidikan seksual itu sendiri.
Rincian metode quality time ini dapat diakukan dengan cara mengulang apa
yang dipelajari anak di sekolah mengenai bagian tubuh serta kelamin dan
fungsinya masing masing anggota tubuh tersebut. kemudian orang tua juga
mengajarkan cara menjaga kebersihan dan sentuhan yang wajar dan diperbolehkan
(Fauziah et al, 2016). Biasanya akan terjadi dialog setelah orang tua
menjelaskan sebab, tidak bisa dipungkiri pikiran anak masih kritis dalam
menanggapi sebuah permasalahan, hal ini karena dalam usia anak, mereka memiliki
rasa ingin tau yang tinggi terhadap suatu hal.
Dari permasalahan utama yaitu banyaknya peluang untuk melakukan kejahatan
seksual terhadap anak, seorang anak harus dibekali pengetahuan melalui metode quality
time. Selanjutnya pengawasan orang tua dan kelurga juga sangat penting
dalam hal ini. Pendekatan orang tua terhadap anak juga harus dilakukan. Metode quality
time sangat dianjurkan kepada orang tua. Metode quality time ini
merupakan solusi untuk mewujudkan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan
anak. Dalam upaya memberikan materi pendidikan seksual pada anak, orang tua
dapat menyampaikan ruang lingkup seputar menjaga tubuh serta bagian intim dari
segi kebersihan, sentuhan yang diperbolehkan dan problematikanya
Ketika penyampaian mengenai pendidikan seksual kepada anak, orang tua harus
dapat memahami kondisi anak. Pemilihan waktu merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan oleh para orang tua. Misalnya, ketika anak dalam kondisi
mengantuk, lelah, atau lapar. Dalam penyampaian materi pendidikan seks jika
tidak tepat dan tidak efisien maka, akan menghilangkan fokus belajar anak dan
tidak akan bisa menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Dengan demikian
orang tua harus bisa mengkondisikan waktu belajar yang efektif seorang anak.
Selain dapat memberikan pendidikan seksual terhadap anak metode quality time
juga dimaksudkan untuk memanfaatkan waktu kosong bersama keluarga, ketika ada
waktu senggang orang tua harus melakukan sebuah kegiatan yang berorientasi pada
penambahan ilmu pengetahuan melalui sharing atau berbagi cerita
dengan anak. Hal ini juga membuat anak dan orang tua semakin dekat.
Selain penyampaian pendidikan seksual terhadap anak, orang tua juga hrus bisa
memberikan pedidikan moral kepada anak. Moral baik harus ditanamkan pada anak
karena moral juga penting, dengan moral anak bisa menghindari kemungkinan
terjadinya kekerasan seksual. Apabila orang tua terlalu sibuk, terpaksa orang
tua tetap harus menyediakan waktunya untuk sekedar duduk dan ngobrol dengan
anak. Karena seorang anak juga butuh diperhatikan, dengan perhatian orang tua
dan anak akan semakin dekat, sehingga penyampaian pendidikan seksual dan
pendidikan moralpun dapat diterima dengan mudah oleh anak.
Kesimpulannya, dalam pemberian materi pendidikan seksual kepada anak, dapat
dilakukan dengan metode quality time dengan tahapan mereview,
penyampaian dan tanya jawab. Untuk memaksimalkan hasil pembelajaran
orang tua harus melakukan pendekatan terhadap anak dengan meluangkan waktu
untuk sekedar duduk dan mengobrol dengan anak. Oleh danis/pba 2017.
0 comments:
Post a Comment