Pada suatu hari, ada seorang
pengembala kambing duduk di bawah pohon sembari menikmati angin yang
sepoi-sepoi. Kemudian, ia bersiul-siul mendendangkan lagu kesukaan yang sedari
dulu di dengar lewat radio tua. Ketika asyik bernyanyi, tiba-tiba terdengar
suara aneh.
Suara itu terdengar disertai munculnya kawanan tawon dari sudut lading,
ternyata nyanyian sang pengembala telah membangunkan ribuan tawon , lalu ia
segera bangun dari tempat duduknya untuk menjauh dari kawanan tawon, sambil
berlari lari dan tertatih tatih, ia berhasil bersembunyi di sebuah gubuk tua,
entah milik siapa. Tak disangka di dalam gubuk tua, ia menemukan barang-barang
antik nan elok, maka didekatilah barang tersebut, sambil mengamati dan
berfikir, ia menyimpulkan bahwa barang ini adalah harta karun, eh bukan maka
tidak lama kemudian keluarlah Bapak tua dari samping gubuk sambil menyapa, “Nak, apa yang kamu cari ?”
“Aku tidak bermaksud buruk, wahai Kakek tua” jawabnya.
“Lalu apa yang kamu lakukan?” tukas sang kakek.
Pengembala menimpali, “ Aku hanya melihat barang-barang antik ini, karena
dalam sepengetahuanku belum pernah kulihat barang-barang seperti itu.”
“Sudahlah lupakan perkara itu, Nak. Kemarilah mendekat” tukas sang kakek.
Pengembala pun mendekati kakek tua itu dan duduk bersandingan di atas
gubuk, tak lama keluar anak kecil membawa hidangan.
Sang kakek memulai membuka percakapan, “Nak, tahukah kamu apa yang di makan
oleh kambing-kambingmu itu ?”
“Itu adalah rumput, Kek” tukas sang pengembala.
“ Itu bukan sekedar rumput, Nak. Bila di renungi akan ada pelajaran yang
bisa diambil,” jawab sang kakek dengan bersemangat. Pengembala itu berkata, “
Ayolah, Kek beri tau apa pelajaran itu.“
Kakek berdehem dan meminum teh hangat
sebelum menjawab pertanyaan itu, “Begini nak, rumput awal mulanya di
tanam satu, lalu tumbuh sedikit-sedikit lalu berkembang dan menjadi kuas
seperti yang kau lihat di depanmu ini, bila dipandang bisa menyejukkan mata,
rumput jua tidak pernah mengadu ataupun mengeluh apabila diinjak oleh manusia
ataupun hewan, tetapi rumput akan pasrah bila dimakan oleh hewan atau dicabut
oleh manusia .” lalu apa pelajaran yang bisa diambil, Kek?” sambung sang
pengembala.
“Rumput mengajarkan beberapa pelajaran, pertama berjuang juga membutuhkan
orang lain, membutuhkan kerjasama, dan samakerja. Kedua, belajar sabar dalam
berproses, bila dilalui dengan sepenuh hati maka, timbal balik yang didapat
akan jauh lebih indah. Ketiga, dalam menghadapi cobaan harus tangguh dan tabah,
bila terjatuh maka, segeralah bangkit tak ada kata menyerah hingga Malaikat
Izrail datang dan itulah akhir dari perjuangan seseorang,”jawab sang kakek
dengan panjang.
Tak terasa terik matahari telah mencapai puncaknya, tidak berselang lama
suara adzan juga saling bersahutan. Pengembala pamit kepada sang kakek, ia
sangat berterima kasih telah mengajarkan pelajaran kehidupan yang sebelumnya
belum ia pikirkan.
“Pergilah kesini nak, bila waktumu kosong, agar tidak sia-sia dan terbuang
percuma.” Pesan sang kakek sebelum ia meninggalkan gubuk tua. Ia lalu berjalan
dan menggiring kambing yang telah kenyang memakan rumput menuju kandang.
Setelah sampai, ia langsung menuju kamar untuk beristirahat sambil meresapi
pesan-pesan yang disampaikan oleh sang kakek.
Hari itu dirasa sangat nyaman bagi si pengembala , karena ia dapat
mengembala dan dapat menimba ilmu kehidupan dari sang kakek.
0 comments:
Post a Comment