Pages

 

Thursday, February 22, 2018

AKULAH SANG PENGEMBALA

0 comments





Pada suatu  hari, ada seorang pengembala kambing duduk di bawah pohon sembari menikmati angin yang sepoi-sepoi. Kemudian, ia bersiul-siul mendendangkan lagu kesukaan yang sedari dulu di dengar lewat radio tua. Ketika asyik bernyanyi, tiba-tiba terdengar suara aneh.
Suara itu terdengar disertai munculnya kawanan tawon dari sudut lading, ternyata nyanyian sang pengembala telah membangunkan ribuan tawon , lalu ia segera bangun dari tempat duduknya untuk menjauh dari kawanan tawon, sambil berlari lari dan tertatih tatih, ia berhasil bersembunyi di sebuah gubuk tua, entah milik siapa. Tak disangka di dalam gubuk tua, ia menemukan barang-barang antik nan elok, maka didekatilah barang tersebut, sambil mengamati dan berfikir, ia menyimpulkan bahwa barang ini adalah harta karun, eh bukan maka tidak lama kemudian keluarlah Bapak tua dari samping gubuk sambil menyapa,  “Nak, apa yang kamu cari ?”
“Aku tidak bermaksud buruk, wahai Kakek tua” jawabnya.
“Lalu apa yang kamu lakukan?” tukas sang kakek.
Pengembala menimpali, “ Aku hanya melihat barang-barang antik ini, karena dalam sepengetahuanku belum pernah kulihat barang-barang seperti itu.”
“Sudahlah lupakan perkara itu, Nak. Kemarilah mendekat” tukas sang kakek.
Pengembala pun mendekati kakek tua itu dan duduk bersandingan di atas gubuk, tak lama keluar anak kecil membawa hidangan.
Sang kakek memulai membuka percakapan, “Nak, tahukah kamu apa yang di makan oleh kambing-kambingmu itu ?”
“Itu adalah rumput, Kek” tukas sang pengembala.
“ Itu bukan sekedar rumput, Nak. Bila di renungi akan ada pelajaran yang bisa diambil,” jawab sang kakek dengan bersemangat. Pengembala itu berkata, “ Ayolah, Kek beri tau apa pelajaran itu.“
Kakek berdehem dan meminum teh hangat  sebelum menjawab pertanyaan itu, “Begini nak, rumput awal mulanya di tanam satu, lalu tumbuh sedikit-sedikit lalu berkembang dan menjadi kuas seperti yang kau lihat di depanmu ini, bila dipandang bisa menyejukkan mata, rumput jua tidak pernah mengadu ataupun mengeluh apabila diinjak oleh manusia ataupun hewan, tetapi rumput akan pasrah bila dimakan oleh hewan atau dicabut oleh manusia .” lalu apa pelajaran yang bisa diambil, Kek?” sambung sang pengembala.
“Rumput mengajarkan beberapa pelajaran, pertama berjuang juga membutuhkan orang lain, membutuhkan kerjasama, dan samakerja. Kedua, belajar sabar dalam berproses, bila dilalui dengan sepenuh hati maka, timbal balik yang didapat akan jauh lebih indah. Ketiga, dalam menghadapi cobaan harus tangguh dan tabah, bila terjatuh maka, segeralah bangkit tak ada kata menyerah hingga Malaikat Izrail datang dan itulah akhir dari perjuangan seseorang,”jawab sang kakek dengan panjang.
Tak terasa terik matahari telah mencapai puncaknya, tidak berselang lama suara adzan juga saling bersahutan. Pengembala pamit kepada sang kakek, ia sangat berterima kasih telah mengajarkan pelajaran kehidupan yang sebelumnya belum ia pikirkan.
“Pergilah kesini nak, bila waktumu kosong, agar tidak sia-sia dan terbuang percuma.” Pesan sang kakek sebelum ia meninggalkan gubuk tua. Ia lalu berjalan dan menggiring kambing yang telah kenyang memakan rumput menuju kandang. Setelah sampai, ia langsung menuju kamar untuk beristirahat sambil meresapi pesan-pesan yang disampaikan oleh sang kakek.
Hari itu dirasa sangat nyaman bagi si pengembala , karena ia dapat mengembala dan dapat menimba ilmu kehidupan dari sang kakek.   

0 comments:

Post a Comment