Selamat Jalan Guruku
Selalu membakar kami, ketika kami menjadi santri di Mahad
Sunan Ampel Al-Aly (Ma'had Al Jamiah) "Semanga Khi!!!" kami pun selalu bersemangat membuka telinga,
mata, dan gerak tegap, ketika beliau mengisi halaqah ilmiah dan Madrasah
Intelektual.
Ketika Adzan Subuh tiba, sorban cokelat selalu beliau
genggam, setiap pintu kamar ia ketuk, santri pun bergegas ke kamar mandi, jika masih tersisa,
beliau tunggu sampai seluruh santri di mabna menuju masjid, dengan sabar beliau
berdiri mematung di depan mabna, sambil melihat gerak gerik santri.
Setelah shalat subuh pun, beliau sudah siap di depan mabna,
menunggu santri untuk shabahul lughah, dan mencari santri yang lagi bermalas
malasan. Tak ada hentakan, bahkan amarah dan teriakan tak keluar dari beliau.
"Ayo khi ta'lim", mengajak dengan senyum yang
selalu terurai dari wajahnya. Senyumnya selalu menyapu pagi kami, dengan
pengarahan tanpa henti.
Suatu hari, beliau kami undang menyampaikan Orasi
Kemerdekaan 17 Agustus di perumahan Bukit Cemara Tidar (BCT) Malang, beliau
tidak bertanya jauhnya, kapannya, tapi langsung meng-iakan. Bukti, bahwa
semangat selalu menyertai beliau. Mengajak untuk selalu bersatu, karena dengan
bersatu akan tumbuh seribu kekuatan, dan dari kekuatan itu akan muncul
kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan batin, kemerdekaan jasad, dan kemerdekaan
menyembah pada Allah
Beliau bertempat di Ma'had sebagai Pengasuh, dan pernah
menjadi Kabag kemahasiwaan, senyumnya selalu bersama dengan langkahnya,
semangatnya bersama geraknya. Suatu hari kami silaturahim ke rumahnya, istri
dan anaknya juga menyambut dengan senyum, anak-anak yang lagi rebutan jajan,
beliau damaikan dengan lembut, dan salah satunya dipeluk, sambil mengelus
kepalanya, kata-kata indah dan nasehat mengalir dari beliau.
Dengan keluargannya harmonis, dengan para mahasiswa penuh
semangat dan humoris, dengan sejawatnya penuh kehangatan dan keakrapan tampa
garis.
Ambon, tempat beliau dilahirkan, kota Malang menjadi bagian hidupnya, dan di tempat dingin ini pula beliau menemui Allah, Tuhannya.
Selamat jalan guruku, mudah-mudahan selalu indah senyum di alam sana, dan suatu saat nanti, di sorganya, kita saling bertatap dan senyum indah itu, menjadi goresan pena cinta kami.
Selamat Jalan, Allahyarhamukum. Malang, 28/4/2018 (halimi zuhdy/jendral)
Ambon, tempat beliau dilahirkan, kota Malang menjadi bagian hidupnya, dan di tempat dingin ini pula beliau menemui Allah, Tuhannya.
Selamat jalan guruku, mudah-mudahan selalu indah senyum di alam sana, dan suatu saat nanti, di sorganya, kita saling bertatap dan senyum indah itu, menjadi goresan pena cinta kami.
Selamat Jalan, Allahyarhamukum. Malang, 28/4/2018 (halimi zuhdy/jendral)
0 comments:
Post a Comment